April, Berkurang...

  • 0
Dear kalender,

Aku tahu, kamu pun tahu. Seperti detak detik jam dinding yang selalu berputar, berima tak.. tik.. tak.. tik..! Rupanya menegaskanku bahwa waktu terus bergulir, tidak akan pernah mau diam. Pun hidup begitu adanya. Hanya yang mati, kemudian jasadnya berdiam ditindih nisan. Sementara aku ingin yakin, ruhnya tetap seperti tak.. tik.. jam dinding kamarku. Iya, ruhnya tidak diam di dunia sana. Sama seperti kamu, meski tak menimbulkan bebunyian seperti jam dinding, kamu terus berjalan, bergulir, merasuki angka per angka disetiap 24 jam berganti. Sekarang kamu menyurupi angka 1, dan jika aku tak lupa besok kamu akan menyurup di angka 2. Bagaimana rasanya ketika kamu merindukan sekali angka 32? Hahahaha... Kamu juga punya rindu kah? Ceriterakan padaku diluang waktumu ya! 

Sebenarnya sejak memasuki tahun ini, 2013, aku mencoba memikir-mikirkan sesuatu. Tentang berapa banyak waktu yang Tuhan beri padaku di tahun ini, tentang sebuah kesempatan menikmati tanggal per tanggal dengan segala peristiwa dalam satu hari. Lalu, aku ingin, setiap satu hariku tidak akan tersiakan sedikitpun. Meski jika pun dalam 24 jam itu, aku tidak akan mulus-mulus saja. Ada dinamika yang naik, turun, lurus, bergerigi, dsb. Sungguh aku terlalu jadi penikmat waktu, hingga kadang aku takut terlalu dalam ja(t)uh ke arus.

Di suatu puluhan detik, aku terdiam. Mengawang kejadian membahagiakan dan menyedihkan yang terjadi dalam sehari itu. Aku tidak mereview hal-hal yang membahagiakan. Cukuplah disyukuri, lalu terkenang. Tapi, yang sedih-sedih itu kurenungkan dalam. Apa yang salah. Apa ada yang kurang? Atau ada yang tak sengaja kuingkari dan lupakan? Apa ya...? Berujung pasrah, "Oh iya, aku tak patut marah atau sedih berlama-lama. Ini cubitanNya, supaya aku tak lagi ceroboh. Seperti Ibu yang terpaksa sering membelalakkan cokelat pupilnya, saat dia sudah menyerah membangunkanku 'ntuk menyegera subuh."

Jadi, tak ada yang rugi dalam satu hari. Meskipun aku, kamu, kita sakit, jatuh, senang, menangis, sama sekali tidak rugi. Karena semua detik mengandung pelajaran hidup yang bukan hanya dipetik, tapi diseduh dan dikonsumsi tubuh. Adalah aku, yang mendapat sial ketika hari itu. Setelahnya aku memang menangis, tapi kemudian memetik sebab, menyeduh dan mengkonsumsi akibat yang didapat. Alhamdulillah... tangisan itu obat untuk kekuatan selanjutnya.

Beberapa jam lalu padahal masih Maret. Lalu sekarang sudah berakhir. April memulai dengan segala rencana dan kejutannya untukku. Aku berat meninggalkan Maret. Juga ketika Maret datang, aku berat meninggalkan Februari. Aku hanya ingin tetap berada di 1 Januari. Tidak akan pindah kemana-mana. Tapi tidak mungkin. Aku belum mati. Betapa 365 hari tidak ingin kulewati dan kuhabiskan sia-sia tanpa cerita dan manfaat. Itu kenapa, April datang, seperti ada.. entah rasanya bagaimana ini, aku hanya ingin waktu berjalan pelan dan lembut, tidak cepat dengan langkah besar-besar. Maaf saat malas merajuk manja, aku menyalah-salahi 24 jam kenapa begitu cepat habis? Jangankan melangkah, berdiri saja aku masih belum. 

Besok tanggal 2 April. Dan kamu akan terus memakan April sampai habis tak menyisa. Terus, hingga 365 hari terus berkurang... 

Waktu, bersahajalah... Aku ingin menikmatimu dengan tenang. Ajari aku dengan lari kecilmu, langkah cepatmu, jatuh terlukamu, tangis darahmu, bahak tawa pun senyummu. Iya, aku mau semuanya itu. Ajari aku hidup, waktu... 

Benar-benar tak ingin kusiakanmu. Mohonku, jangan cepat-cepat juga ya, karena di beberapa mata pelajaran aku tidak mudah menangkap paham.


365 hari terus menyusut, sementara aku ingin berlama-lama di 24 jam. Yuk, manfaatkan detik yang ada untuk segudang manfaat!

ter-paste dari Perempuan Kota Pensiun 

No comments:

Post a Comment